Monday, December 27, 2010

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan di muka bumi ini. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di bumi. Sedangkan di dalam tubuh manusia air terdapat hampir 70 % nya. Jumlah air di muka bumi ini adalah tetap karena adanya siklus air yang lebih dikenal dengan siklus hidrologi. Sebelum kami memasuki pembahasan tentang siklus hidrologi maka haruslah diketahui terlebih dahulu tentang sifat-sifat air, baik itu sifat kimia maupun sifat fisika. Berikut ini adalah pembahasan tentang sifat-sifat air.

II.1. Sifat-Sifat Air
II.1.1. Sifat Fisika
 Di alam terdapat dalam tiga wujud, yaitu cair, padat dan gas.
 Dalam kondisi standar ( Suhu 25 °C ) berbentuk cair dengan sifat tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
 Bersifat transparan yaitu memiliki tingkat transmitan yang tinggi.
 Menguap pada suhu yang tinggi yaitu 100 °C pada tekanan 1 atmosfer.
 Memiliki sifat kapilaritas.
 Memiliki tegangan permukaan yang tinggi.
 Memiliki sifat adhesi yang tinggi.
 Memiliki berat jenis maksimum pada suhu 4 °C.

II.1.2. Sifat Kimia
 Air terdiri atas 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen yang berikatan kovalen.
 Molekul air membentuk sudut 104,45° sehingga air dikenal memiliki molekul polar.
 Air dikenal juga sebagai pelarut universal karena memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.
 Air bersifat Azeotrop yaitu campuran dari dua atau lebih cairan (bahan kimia) dalam suatu rasio yang komposisinya tidak dapat diubah oleh destilasi sederhana. Hal ini terjadi karena, ketika zat yang azeotrop dipanaskan, uap yang dihasilkan memiliki rasio yang sama konstituen sebagai campuran asli.

II.2. Siklus Hidrologi
Sumber air terbesar di muka bumi ini adalah lautan. Laut karena adanya sinar matahari mengalami penguapan ke udara (evaporasi). Karena adanya perubahan suhu, uap air di udara akan mengembun dan akan jatuh sebagai hujan (presipitasi). Hujan itu sebagian jatuh lagi kedalam lautan dan sebagian lagi jatuh ke daratan. Hujan yang jatuh ke daratan kemudian kontak dengan permukaan bumi dan menjadi air permukaan, misalnya sungai, danau, kolam dan lain-lain.
Air permukaan bumi ada yang kembali lagi ke lautan dan ada yang meresap ke dalam tanah (infiltrasi). Jika masuknya ke dalam tanah sedikit sekali di bawah permukaan tanah disebut air tanah dangkal (< 50 m), sedangkan air yang masuknya ke dalam tanah lebih dalam lagi disebut air tanah dalam (> 50 m).
Air masuk ke dalam tanah dengan cara menembus lapisan tanah, tapi tidak semua lapisan tanah dapat ditembus oleh air. Lapisan yang tidak dapat ditembus oleh air ini akan membentuk suatu genangan air atau aliran air melalui tanah yang mudah ditembusnya (porus) lalu keluar lagi ke permukaan bumi yang disebut mata air.

II.3. Sumber- Sumber Air
Air adalah suatu materi yang penting yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhannya. Air yang dibutuhkan dapat diambil dari setiap titik hidrologis atau sumber- sumber air. Berikut ini akan dijelaskan sumber- sumber air alam , yaitu : air atmosfer, air Hujan, air laut , air permukaan dan air tanah.
II.3.1. Air Atmosfer
Air atmosfer berada dalam bentuk awan. Jenis air ini memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, namun hingga saat ini belum diketemukan cara- cara yang murah untuk mendapatkan air atmosfer ini.

II.3.2. Air Hujan
Seperti dijelaskan sebelumnya pada materi siklus hidrologi, bahwa air hujan adalah air yang berasal dari proses penguapan air-air yang ada dimuka bumi. Dalam keadaan ideal (tanpa pencemaran air), air hujan merupakan air bersih ayng dapat langsung dikonsumsi oleh manusia. Namun, seiring perkembangan zaman dan semakin majunya teknologi, tingkat pencemaran diudara menjadi tinggi yang disebabkan oleh kendaraan ataupun asap pabrik. Akibatnya, air hujan tidak lagi bersifat netral tapi sedikit asam atau sering dinamakan hujan asam. Hujan asam ini mampu membuat korosi pada benda- benda logam.
Dalam prosesnya, air hujan mengabsorpsi gas-gas dan uap- uap yang terdapat diudara , terutama oksigen, nitrogen dan karbon dioksida. Selain itu partikel –partikel debu dan bakteri- bakteri di udara terbawa juga oleh air hujan. Sehingga air hujan bias berfungsi sebagai netralisasi atau penetralisir racun- racun yang ada di udara.

II.3.3. Air Permukaan
Air permukaan adalah semua air yang berada dipermukaan tanah, yaitu: air air sungai, air danau, air kolam dan lain-lain. Air permukaan ini berasal dari air hujan yang tidak meresap kedalam tanah atau campuran dari air tanah dan aliran permukaan atau air yang mengalir keluar pada permukaan tanah pada musim kemarau.
Air permukaan ini adalah air yang banyak digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain untuk memasak, mandi, mencuci, irigasi, pembangkit listrik, industry dan lain-lain. Tapi sayangnya, di daerah kota besar jarang sekali terdapat sungai yang bersih yang airnya dapat dipakai untuk minum dan memasak. Hal ini dikarenakan tingkat pencemaran air di kota besar lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. Yang disebabkan oleh limbah industry, limbah pertanian ataupun limbah rumah tangga.

II.3.4. Air Tanah
Menurut definisi Undang- undang Sumber Daya Air, air tanah adalah air yang terdapat di dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Air tanah berasal dari air hujan yang meresap di dalam tanah. Dalam prosesnya, air tersebut mengalami proses penyaringan di dalam tanah oleh lapisan – lapisan tanah atau disebut juga infiltrasi.
Air tanah jauh lebih jernih dibandingkan air permukaan. Sehingga ini menjadi alternative utama sumber air di daerah kota- kota besar. Tetapi disisi lain air tanah memiliki kandungan mineral terlarut yang cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh lamanya periode kontak antara air dan zat- zat yang dapat larut yang terdapat dalam lapisan tanah. Biasanya zat- zat utama yang ada di dalam tanah antara lain Ca2+ ,Mg2+ ,Na2+ ,K+ ,CO32- ,HCO3- ,SO42- ,Cl- dan NO3- .

II.3.5. Air Laut
Air laut adalah air yang memiliki kandungan seyawa garam murni (NaCl) yang cukup tinggi. Menurut sumber penelitian, kadar garam murni air laut berkisar 3 % dari jumlah total keseluruhan air laut. Tidak hanya itu, ternyata di dalam air laut juga mengandung zat padat terlarut sekitar 30.000-36.000 ppm yang unsurnya antara lain : Na, Ca, Sr, S, Cl, K, C, Mg, Br dan B.
Penggunaan air laut sebagai air untuk industry ataupun sanitasi sangat jarang, karena melihat banyak zat yang terlarut di dalamnya, ditambah lagi air laut dijadikan sebagai tempat buangan limbah- limbah.

II.4. Penggunaan Air dan Syaratnya
II.4.1. Air untuk keperluan sanitasi
Air sanitasi adalah air yang biasa dipakai untuk keperluan minum, masak, mandi dan lain-lain. Pada dasarnya air sanitai harus memenuhi parameter fisika, kimia dan mikrobiologis. Berikut ini tabel mengenai parameter yang harus dipenuhi untuk air sanitasi.

Parameter Fisika Parameter Kimia Parameter Mikrobiologis
 Tidak berbau.
 Tidak berasa.
 Tidak berwarna.
 Suhu maksimal. .sebanding dengan suhu udara.  Tidak mengandung zat terlarut mineral terlalu tinggi.
 Tidang mengandung zat racun seperti Pb, Hg, As, CN dll.  Tidak mengandung mikroorganisme non pathogen terlalu banyak (< 100 / ml).
 Tidak mengandung bakteri pathogen.
 Banyaknya E. coli dijadikan parameter pencemaran.

Keterangan :
Untuk keperluan selain masak dan minum biasanya cukup menggunakan dua parameter yaitu parameter fisika dan kimia saja. Karena memang air yang digunakan tidak akan kontak dengan organ tubuh bagian dalam manusia.

II.4.2. Air untuk keperluan industri
a. Air pengisi ketel uap (boiler)
Ketel uap (boiler) adalah alat industry yang berfungsi sebagai penghasil uap, yang nantinya uap tersebut akan digunakan selama proses produksi di suatu industry . Jadi boleh dikatakan bahwa ketel uap adalah jantungnya produksi di industry.
Berikut ini adalah syarat air untuk pengisi ketel uap.
 Kesadahan harus rendah (~ 0 ppm). Karena jika kesadahannya tinggi akan membentuk kerak pada ketel uap.
 pH tidak terlalu asam atau basa ( 8-10 ). Karena jika pH terlalu asam atau basa akan menyebabkan korosi ataupun kerak pada ketel uap.
 Sebelum masuk ke boiler, air diolah dahulu dengan :
1. Softener (resin) untuk menurunkan kesadahan
2. Penambahan Chemical Boiler Water Treatment untuk mencegah kerak dan korosi pada ketel uap.

Penggunaan ketel uap ternyata tidak hanya di industry saja tetapi juga di perusaahaan lainnya, misal di hotel ketel uap digunakan sebagai produsen uap untuk keperluan sauna, di industry tekstil digunakan untuk proses pemanasan pada saat pencelupan agar pori- pori kain melebar dan memudahkan pengikatan zat warna pada kain, di industry farmasi ketel uap dipergunakan untuk stetirilisai alat dan kemasan dan lain-lain.

b. Air pendingin (cooling water)
Air yang digunakan sebagai air pendingin perlu diperhatikan beberapa factor. Diantaranya adalah suhu, derajat kekeruhan, derajat kesadahan, besi, mangan, sifat korosi dan lain-lain.
Sehingga ada beberapa syarat air yang bias digunakan sebagai air pendingin. Diantaranya :
 Suhu maksimal sama dengan suhu udara,
 Kekeruhan yang rendah disebabkan lumpur,
 Kesadahan rendah. Karena jika kesadahannya tinggi dapat menyebabkan kerak,
 Keasaman antara 8-10. Karena jika terlalu asam dapat menyebabkan korosi.
 Sebelum digunakan sebagai air pendingin sebaiknya diolah dahulu dengan;
1. Softener (resin) untuk menurunkan kesadahan
2. Penambahan Chemical Cooling Water Treatment untuk mencegah kerak dan korosi..

c. Air proses
Air proses adalah air yang digunakan untuk proses produksi dalam suatu industri atau bisa dikatakan air yang ikut langsung berperan dalam proses produksi. Misalnya pada pabrik tekstil untuk pencelupan kain, sedangkan di industri minuman untuk pelarut minuman.
Sehingga syarat yang diperlukan dari masing- masing industr akan berbeda-beda sesuai proses produksinya dan yang terpenting air tersebut tidak membuat kualitas produk menjadi menurun.

II. 5. Air minum
Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002)
Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya.
Bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, namun banyak zat berbahaya, terutama logam, yang tidak dapat dihilangkan dengan cara ini. Saat ini terdapat krisis air minum di berbagai negara berkembang di dunia akibat jumlah penduduk yang terlalu banyak dan pencemaran air.

II.6. Pengambilan Sampel Air
Pengambilan sampel adalah mengumpulkan volume tertentu suatu badan air yang akan diteliti, dengan jumlah sekecil mungkin tetapi masih dapat mewakili (representatif) dan masih mempunyai semua sifat-sifat yang sama dengan badan air tersebut. Sampling dibagi menjadi 3 langkah yaitu sebagai berikut:
1. pengambilan sampel yang representatif
2. transport serta pengawetan sampel
3. analisa kimia sampel.
Pada saat pengambilan sampel air botol yang akan digunakan untuk mengambil sampel harus bersih, dan telah dibilas dengan air suling terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan cairan yang akan digunakan untuk mengisi air tersebut dan kering (kalau mungkin). Hal yang sama juga berlaku untuk alat-alat pengambilan sampel, seperti pipa, pompa dll, harus bersih dan tidak mengandung sisa dari bekas sampel yang lama, khususnya tumbuhnya jamur dan lumut harus dicegah. Demikian pula adanya kontaminasi dari logam atau alat.
Pengambilan sampel, yang dapat larut dalam sampel harus dicegah. Besi, kuningan,perunggu dapat larut dalam air yang bersifat asam atau basa, sedangkan bahan plastik dan karet dapat larut dalam air buangan industri yang mengandung pelarut organis atau minyak dan bensin.
Sampel dapat diambil secara terpisah, dengan mengunakan ember, botol plastik atau kaca (terbuka dan diperberat, misalnya dengan cincin timah hitam, pada lehernya) yang diikat dengan tali, kemudian dimasukkan ke dalam sungai, saluran, sumur dan sebagainya, sampai terisi penuh dengan sampel.
Untuk mengambil sampel pada kedalaman tertentu, disediakan botol tertutup yang dapat membuka bila sampai pada kedalaman yang dikehendaki. Cara lain adalah dengan menggunakan sejenis pompa yang mengisap, kemudian menekankan sampel melalui pipa masuk ke botol sampel; demikian sampel dapat diambil pada kedalaman tertentu. Sampel dari kran air dapat diambil dengan beker terbuka atau botol yang akan tertutup, tergantung dari rencana analisa.
Pengambilan sampel secara berturut-turut juga dapat dilakukan dengan alat khusus (automatic sampler) yang terdiri dari pipa pengisap (kedalaman titik pengambilan sampel terbatas sekitar 5 meter dibawah alat tersebut), pompa, jam untuk mengendalikan frekuensi pengambilan sampel, alat untuk membagi sampel ke botol-botol untuk sampel campuran, kotak isotermis yang berisi botol-botol sampel campuran dengan pendinginan oleh es biasa atau es kering, supaya pengawetan sampel dapat dilakukan paling lama 1 hari sebelum dibawa ke laboratorium. Alat tersebut tidak mengisap debit sampel terusmenerus karena sulit dari segi teknis. Maka alat tersebut mengambil sampel dalam bagian labu yang ada dengan volume sampel tertentu, misalnya sebanyak a ml sampel setiap b menit, lalu selama m jam akan diisikan m x 60kali a ml sampel bagian ke dalam 1 botol, hingga terbentuk sampel campuran setiap m jam (isi botol tersebut 1 sampai 2 ℓ).
Sampel sebaiknya atau pada umumnya harus mengisi botol pengambilan hingga penuh dan botol tersebut harus ditutup dengan baik untuk menghindari kontak udara. Salah satu cara pengawetan sampel yang umum adalah suasana dingin; sampel diangkut dalam kotak isotermis yang mengandung es biasa atau es kering (CO2) lalu disimpan dikulkas atau freezer.

II.6.1. Pemilihan titik pengambilan sampel
Kecepatan aliran di sungai, saluran dsb, tidaklah merata di suatu badan air, sehingga sifat air menjadi tidak homogen. Karena itu titik pengambilan sampel harus dipilih agar sampel dapat mewakili seluruh badan air, bukan hanya salah satu bagian dengan
karakteristik yang kebetulan dapat diselidiki. Berikut beberpa anjuran penentuan titik pengambilan sampel, tetapi harus dipahami bahwa setiap pengambilan sampel, merupakan suatu kasus yang tersendiri.
Bila sampel diambil dari saluran, sungai dan sebagainya yang kedalamannya tidak lebih dari 5 meter, dan alirannya cukup turbulen bagi air tersebut untuk menjadi homogeny.bawah permukaan air. Dekat dasar sungai air mengandung terlalu banyak zat tersuspensi yang mengendap atau yang dapat tergerus oleh aliran air. Dekat lapis permukaan air, ada resiko bahwa lapisan tersebut mengandung banyak zat ringan seperti lumut, minyak dan lemak dan sebagainya. Sampel tidak boleh diambil terlalu dekat dengan tepi penampang sungai atau tepi saluran yang tidak diplester dengan baik karena air didaerah tersebutkurang mewakili seluruh badan air; namun untuk saluran yang diplester dengan baik sampel dapat diambil ± 10 cm dari tepi saluran.
Pada umumnya titik pengambilan sampel dipilih agar sampel benar-benar dapat mewakili badan air tersebut, debit air dapat diukur secara cukup teliti, dan daerah drainase yang menyebabkan pencemaran dapat diketahui secara lengkap. Daerah tersebut terdiri dari sumber pencemaran setempat (point source) dan sumber pencemaran yang tersebar (disperse source). Termasuk sumber pencemaran setempat adalah pabrik, rumah sakit dan kampung yang seluruh air buangannya ditampung oleh satu saluran drainase atau anak sungai; termasuk sumber pencemaran yang tersebar adalah saluran-saluran dan anak sungai yang mengandung air buangan penduduk dan bermuara didalam induk sungai diberbagai tempat sepanjang induk sungai tersebut, atau air irigasi yang keluar dari sawah-sawah dan dibuang ke dalam induk sungai ditempat-tempat yang berbeda.


II.6.2. Frekuensi pengambilan sampel
Faktor utama yang menetapkan frekuensi pengambilan sampel air adalah sifat-sifat badan air yang akan diteliti. Sifat air dari sumur dalam, pasti tidak berubah secepat air limbah industri; hanya satu atau beberapa paremeter saja dari air sumur tersebut yang akan berubah dengan musim (kemarau dan hujan) dan tidak memerlukan pemeriksaan kualitas air yang sering, sedangkan pada air limbah industri dapat terjadi perubahan yang besar baik pada debit maupun konsentrasi dari hampir semua komponen air dalam waktu yang singkat (beberapa menit sampai jam).

II.6.3. Jenis pengambilan sampel
a. Sampel sesaat (grap sampel)
Sampel sesaat merupakan volume sampel yang diambil langsung dari badan air yang sedang diteliti. Metode ini adalah metode yang paling sederhana diantara yang lainnya. Karena sampel diambil hanya dalam satu titik di badan air tersebut.
Perlu diperhatikan bahwa pengambilan sampel air dengan metode ini digunakan untuk sumber air yang kualitasnya konstan untuk jangka waktu yang lama, contohnya adalah air yang diam seperti air danau. Selain itu juga metode ini digunakan bila jarak pengambilan sampel terlalu jauh.

b. Sampel sesaat tersusun (integrated sampel)
Metode ini digunakan bila badan air pada titik pengambilan sampel terdiri dari banyak (n) aliran, maka sampel yang tersusun yang dimaksud untuk mewakili seluruh badan air akan terdiri dari n sampel bagian (1 sampel sesaat dari tiap aliran bagian) dengan volum tiap sampel sebanding dengan debit masing-masing aliran bagian yaitu:
Volume sampel bagian i = debit aliranbagian i
Volume sampel tersusun debit total
(i = 1........n)

c. Sampel campuran (composite sampel),
Sampel campuran bertujuan untuk mewakili secara merata perubahan parameter badan air yang sedang diteliti, selama masa yang cukup panjang, secara detail dengan pekerjaan yang terbatas.
Sampel campuran meliputi x menit dan terdiri dari y sampel bagian yang diambil setiap x/y menit dan dengan volume tiap sampel bagian sesuai dengan volume air yang mengalir melalui tempat pengambilan sampel dalam waktu x/y menit yaitu sekitar saat pengambilan sampel tersebut hingga ,
Volume sampel bagian = volume air sekitar saat tersebut selama x/y menit
Volume sampel campuran volume air selama x menit
(i= 1, 2,........n).
Penyusunan sampel dapat dilakukan setelah seluruh debit diketahui, artinya setelah seluruh sampel bagian telah diambil dengan volume yang cukup besar.Untuk sampel campuran biasanya dipakai alat pengambilan sampel yang otomatis. Namun jika alat tersebut tidak dilengkapi dengan alat pengukur debit, alat tersebut akan mengambil sampel dengan volume tetap sama sebagai pendekatan sampel campuran yang asli, misalnya untuk sampel campuran+- 2l, 1 sampel bagian sebanyak +- 180 ml tiap 10 selama 2 jam.

II.7. Pengawetan Sampel Air
Pengawetan sampel air bertujuan untuk menstabilkan kualitas air agar dapar dianalisis untuk jangka waktu yang lama. Karena pada umumnya suatu sampel air akan berubah kualitasnya jika disimpan terlalu lama. Ini mengakibatkan proses analisa menjadi terhambat karena munculnya beberapa gangguan akibat kualitas sampel air yang berubah.
Gangguan-gangguan yang dapat timbul selama penyimpanan dan pengangkutan sampel sehingga dapat berubah sifat dan keadaan asli sampel (sampel menjadi tidak representatif), adalah sebagai berikut :
a. gas seperti O2 danCO2 dapat diserap air sampel atau dapat lenyap dari air sampel ke udara
b. zat tersuspensi dan kolodial dapat membentuk flok-flok sendiri dan mengendap sehingga terdapat sampel yang berbeda dengan keadaan asli; paling sedikit lumpur tersebut harus dijadikan suspensi lagi secara merata sebelum analisa, dengan mengocokkan botol simpanan; sedangkan zat dan cairan yang ringan (lumpur, lemak, minyak dan seterusnya) dapat mengapung pada permukaan sampel;
c. beberapa zat terlarut dapat dioksidasikan oleh oksigen terlarut hingga senyawa berubah, misalnya, Mn2+terlarut dapat dioksidasi oleh oksigen menjadi MnO2 yang dapat mengendap sehingga “hilang” dari larutannya.
d. beberapa zat terlarut dapat bereaksi, misalnya Ca2+dan CO32- dapat menjadi CaCO3 yang mengendap; hal tersebut terjadi bila nilai pH berubah, misalnya karena kadar CO2tidak tetap sama, atau karena pertumbuhan ganggang;
e. lumut, ganggang dan jamur dapat tumbuh dalam sampel yang tidak tersimpan pada tempat gelap dan dingin atau bila pHnya rendah; zat organis (seperti BOD dan COD) akan terus dicerna oleh bakteri yang aktif.
f. Populasi bakteri dapat berubah secara menyeluruh dalam waktu beberapa jam saja hingga merupakan gangguan bagi analisa mikrobiologi.

Cara pengawetan sampel tergantung dari analisa yang akan dilakukan; juga bagi suatu unsur tertentu, cara analisa dapat dipilih tergantung kemungkinan-kemungkinan cara pengawetan yang ada. Cara-cara pengawetan untuk beberapa analisa yang diuraikan secara singkat dan terbatas pada tabel untuk masing-masing analisa akan diuraikan lebih jelas.

Analisis Volume Sampel Cara Pengawetan Waktu
Pengawetan
Asiditas/Alkalinitas 200 Didinginkan 1/ 14 hari
BOD 1000 Didinginkan 6 jam / 14 hari
CO2 200 Dianalisis segera 0
COD 100 Ditambah H2SO4 (ph<2) 7/ 28 hari
DHL 500 Didinginkan 28 hari
Fosfat 100 Penyaringan segera lalu didinginkan pada suhu -10C 2 hari
Kekeruhan 50 Disimpan ditempat gelap 1/ 2 hari
Kesadahan 500 Ditambah HNO3 (pH<2) 6 bulan
Klor 500 Dianalisis segera 0,5/ 2 jam
Logam 500 Penyaringan segera lalu ditambah HNO3 (pH<2) 6 bulan
N- NH2 500 Dianalisis segera atau Ditambah H2SO4 (ph<2) dan didinginkan 7/ 28 hari
N- Nitrat 200 Ditambah H2SO4 (ph<2) dan didinginkan 2 hari
N- Nitrit 200 Dianalisis segera atau dibekukan -20C 0/ 2 hari
NH3- Proteid 500 Didinginkan atau Ditambah H2SO4 (ph<2) 7/ 28 hari
DO 500 Cara Elektroda (Dianalisis segera) 0,5/ 1 jam
Cara Titrasi (Dianalisis segera atau Ditambah H2SO4 (ph<2) )
pH 100 Dianalisis segera 8 jam
Suhu Dianalisis segera 2 jam
Warna 500 Didinginkan 2 hari
Zat tersuspensi 200 Didinginkan 7/ 14 hari
Keterangan :
Didinginkan pada suhu 4C

II.8. Analisis Kualitas Air
II.8.1. Analisis Parameter Fisika
a. Warna, Bau dan Rasa
• Warna
Warna di dalam air dapat disebabkan oleh adanya ion-ion logam (besi dan mangan), humus, plankton, tanaman air dan buangan industri. Warna air biasanya dihilangkan terutama untuk penggunaan air dalam proses produksi dan air minum.
Warna air dapat disebabkan oleh beberapa hal:
a. Karena adanya kontak antara air dengan zat organic yang sudah lapuk, misalnya daun-daunan, kayu, dan sebagainya. Dalam keadaan tertentu zat organic tersebut akan terurai menghasilkan senyawa yang larut dalam air sehingga menyebabkan air menjadi berwarna.
b. Adanya besi dengan kadar tinggi dalam air akan menyebabkan air berwarna kuning.
c. Senyawa-senyawa lain, misalnya zat warna yang dipakai dalam pencelupan, air limbah yang dikeluarkan pabrik tekstil. Air limbah industri pulp dan kertas mempunyai warna yang tinggi karena mengandung senyawa lignin/lindi hitam.
Derajat warna atau warna air mempunyai persyarataan tertentu di dalam pemakaiannya. Sebagai air proses, air tidak boleh berwarna, karena akan sangat berpengaruh tehadap hasil produksi. Warna ditetapkan secara kolorimetri. Sebagai bahan pembanding (standar) dipakai larutan campuran kalium platina klorida dan cobalt klorida.
• Bau dan Rasa
Kualitas air yang baik haruslah tidak berbau dan berasa dan penentuan bau dan rasa dilakukan dengan menggunakan indra perasa dan indra penciuman.
 Adanya Bau dan Rasa dalam air bisa diakibatkan oleh :
o Zat-zat anorganik yang terlarut dalam air, misalnya :
 Ion/senyawa sulfida menyebabkan bau sulfur
 Klor yang tinggi menyebabkan bau kaporit
 Ion besi dan mangan yang tinggi menyebabkan bau anyir
 Garam (NaCl) yang tinggi menyebabkan rasa asin
o Kontak air dengan zat organik yang lapuk atau penguraian zat organik oleh bakteri dalam air, umumnya yang berlangsung secara anaerob.

Catatan : *Rasa = untuk sampel air tertentu misalnya air minum

b. Daya Hantar Listrik
Daya hantar listrik didefinisikan sebagai kemampuan dari air untuk menghantarkan arus listrik. Kemampuan ini tergantung pada konsentrasi zat yang terionisasi dalam air. Jenis ion, valensi, suhu, dan konsentrasi relatif mempengaruhi besarnya DHL. Absorbsi CO2 dari udara oleh air dapat menyebabkan DHL bertambah/naik.

Daya hantar listrik dalam air ini dipengaruhi oleh :
. Konsentrasi zat yang terionisasi dalam air
2. Jenis ion
3. Valensi ion
4. CO2 terlarut
5. Temperatur atau suhu

c. pH
pH menunjukan konsentrasi H+ dalam air, pH air standar untuk keperluan air minum berkisar 6,5-8,5. pH air dipengaruhi oleh banyaknya mineral atau zat terlarut, CO2 terlarut, aktivitas bakteri, turbulensi air, limbah buangan manusia (limbah rumah tangga dan limbah industri).
Pengaruh pH air apabila terlalu asam/basa maka akan menyebabkan korosi (melarutkan logam), banyak biota air yang mati pada pH<5 dan >9.
Mineral dalam air membentuk system buffer alamiah sehingga pH air stabil, berbeda dengan aquadest yang sudah dihilangkan mineralnya (demineralisasi) sehingga pH nya cenderung kurang stabil. CO2 yang terlarut dalam air juga mempengaruhi pH air karena CO2 yang terlarut dalam air membentuk ion bikarbonat yang bersifat asam, hal ini berdasarkan reaksi CO2 + H2O ↔ HCO3-.
Selain hal-hal tersebut aktivitas bakteri juga berpengaruh terhadap pH air dimana bakteri aerob (bakteri yang memerlukan oksigen dalam proses pertumbuhannya) akan mengubah zat organik dalam air dengan menggunakan oksigen akan menghasilkan NO2/NO3, SO2 dan CO2. CO2 ini yang akan menyebabkan air menjadi asam seperti yang sudah dijelaskan di awal. Berbeda dengan bakteri aerob, bakteri anaerob (bakteri yang tidak memerlukan oksigen dalam proses pertumbuhannya) akan mengubah zat organik dalam air menjadi CH3, H2S, NH4. NH4+ yang terbentuk akan mengakibatkan air menjadi basa karena terbentuknya NH4OH

d. Kekeruhan
Kekeruhan dalam air dapat disebabkan antara lain oleh:
a. Bermacam-macam zat yang tersuspensi dalam air, dari mulai bentuk koloidal sampai bentuk lumpur kasar (dispersi kasar).
b. Kadar zat organic yang tinggi
c. Adanya besi dan mangan yang kadarnya tinggi dalam air, menyebabkan kekeruhan, karena Fe(OH)3 yang tidak larut.

Tinggi rendahnya kekeruhan dalam air dipengaruhi oleh banyak dan besarnya turbulensi (luak) air tersebut. Contoh: Air danau yang tenang (turbulensinya kecil dan sedikit) pada umumnya kadar kekeruhannya rendah dibandingkan dengan air sungai yang bergerak (turbulensinya besar dan banyak). Apabila dalam keadaan banjir, maka umumnya kekeruhan tinggi. Satuan yang dipakai untuk mengukur kekeruhan ialah
Ada 3 metode pengukuran yang dapat digunakan untuk menentukan derajat kekeruhan dalam suatu sample air , diantaranya :
1. Metode Nefelometri (unit kekeruhan NTU)
2. Metode Hellige Turbidimetri (unit kekeruhan SiO2)
3. Metode Visual (unit kekeruhan Jackson)
Kekeruhan dinyatakan dengan sifat optik dari air yang menyebabkan penyerapan cahaya. Cara standar untuk menentukan kekeruhan ialah dengan “candle method”
Pengukuran kekeruhan berdasarkan pada lintasan cahaya yang dilewatkan melalui suatu suspensi yang menyebabkan bayangan nyala menjadi kabur. Makin panjang lintasan cahaya, makin rendah kekeruhannya.
• Jika kekeruhan disebabkan oleh lumpur kasar maka dilakukan penyaringan.
• Jika kekeruhan disebabkan oleh lumpur halus(partikel koloid) maka pengolahannya dengan menambahkan bahan kimia Koagulan dan atau Flokulan
Contoh bahan kimia untuk pengolahan:
Koagulan (TawasAl/Fe, Al2(SO4)3, Poly Ammonium Chloride)
Flokulan (Kation Polimer Elektrolit dan Anion Polimer Elektrolit)

Mekanisme kerja dari penambahan koagulan dan atau Flokulan
Prinsip pengerjaannya merupakan proses destabilisasi partikel koloid (mentidakstabilkan partikel koloid). Partikel-partikel koloid yang berukuran sangat kecil memiliki muatan negatif, interaksi antar partikel saling tolak-menolak karena memiliki muatan yang sama sehingga partikel koloid menyebar. Dengan penambahan Koagulan (misal tawas Al), maka ion Al yang berukuran lebih besar dari ukuran partikel koloid dan memiliki muatan positif akan mengikat partikel-partikel koloid sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar.
Penambahan Flokulan bertujuan untuk mengikat gumpalan-gumpalan yang terbentuk akibat penambahan Koagulan (inti flok) sehingga gumpalan yang terbentuk lebih besar lagi dan dapat disaring.
Penambahan Flokulan dan atau Flokulan harus sesuai dengan dosis, apabila kurang maka penggumpalan partikel koloid tidak sempurna, sedangkan apabila ditambahkan berlebih akibatnya akan menambah kekeruhan pada air. Sehingga ada metode yang biasa digunakan untuk menentukan takaran atau dosis dari penggunaan Koagulan atau Flokulan yaitu dengan metode Jartest.
e. Temperatur
Suhu air sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan proses biologi dan kimia dalam sistem aquatik.
Berikut ini adalah pengaruh yang ditimbulkan :
1. DO level
Suhu air yang terlalu tinggi mengakibatkan oksigen yang terlarut atau DO level pada air rendah. Karena semakin tinggi suhu air, kelarutan oksigen semakin rendah. Sebaliknya kelarutan oksigen akan semakin tinggi jika suhu air normal. Hal ini disebabkan karena air dan oksigen bebas berikatan secara fisika.

2. Proses Fotosintesis

3. Metabolisme Organisme Air

4. Reproduksi dan Perpindahan beberapa spesies
Perubahan suhu pada air akan mempengaruhi reproduksi dan perpindahan beberapa spesies. Sebagai contoh adalah berpindahnya populasi ikan salmon pada saat musim??


f. Analisis Padatan
Di dalam air terkandung bermacam-macam zat seperti zat organik, anorganik,baik yang larut maupun yang tidak larut, misalnya yang bersifat koloid atas yang merupakan suspensi yang tidak larut. Kesemuanya ini di dalam air ditetapkan sebagai kadar solid. Adapun macam-macam solid yang dimaksudkan antara lain :
1) Total Solid (TS)
2) Total Dissolved Solid (TDS)
3) Total Susspended Solid (TSS)
Dalam analisa nantinya banyaknya dissolved solid (zat terlarut) dalam air perlu disesuaikan agar cocok dipakai untuk keperluan rumah tangga dan industri, karena dissolved solid mempunyai pengaruh cukup besar terhadap penyediaan air.

II.8.2. Analisis Parameter Kimia
a. Asiditas / Alkalinitas
• Asiditas
• Alkalinitas
b. Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.
Air yang mempunyai kesadahan tinggi mengandung banyak garam-garam Ca dan Mg. pada umumnya air yang terdapat di alam adalah air sadah.
Ada 2 macam kesadahan yaitu:
- kesadahan sementara (temporer hardness)
- kesadahan tetap (permanent hardness)

Kesadahan sementara adalah kesadahan karena adanya garam bikarbonat dari Ca dan Mg. Sedangkan kesadahan tetap karena adanya garam non karbonat seperti sulfat, klorida, dan nitrat. Jumlah kesadahan sementara dan tetap disebut kesadahan total (total hardness).
Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan memanaskannya, karena CO2 akan keluar dan meninggalkan garam karbonat yang tidak larut (mengendap). Air yang mempunyai kesadahan tinggi tidak baik apabila dipergunakan sebagai air pengisi ketel (boiler feed) maupun dalam proses pencucian dengan sabun.
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun dengan menggunakan resin penukar ion
Satuan-satuan untuk menyatakan derajat kesadahan antara lain:
- Derajat kesadahan Jerman (0D), dimana 10D = 10 mg CaO/L.
- Derajat kesadahan Perancis (0F), dimana 10F = 10 mg CaCO3/L.
- Derajat kesadahan Inggris (0E), dimana 10E = 1 gram/gallon ~ 14,3 mg CaCO3/L.

Catatan : Satuan yang umum dipakai di Indonesia adalah Derajat Kesadahan Jerman
• Penetapan Kesadahan Kalsium (Ca)
Kalsium adalah unsur kimia yang memegang peranan penting dalam banyak proses geokimia. Mineral-mineral seperti CaSO4.2H2O, CaSO4 anhidrat, CaMg(CO3)2, dan CaCO3 merupakan sumber primer kalsium dalam air.
Air yang mengandung CO2 tinggi mudah melarutkan Ca dan mineral-mineral karbonatnya.
CaCO3 + CO2 + H2O → Ca2+ + 2HCO3‾

Keseimbangan dengan atmosfer, pernapasan mikroorganisme, penghancuran bahan organik dalam air, dan sedimen berperan sangat besar terhadap kadar CO2 dan HCO3‾ dalam air.
Ion Kalsium menyebabkan kesadahan air, baik yang bersifat sementara maupun yang bersifat tetap. Kesadahan sementara disebabkan oleh adanya ion-ion Kalsium dan karbonat atau bikarbonat dalam air yang dapat dihilangkan dengan jalan mendidihkan air. Sedangkan kesadahan tetap disebabkan oleh adanya ion Kalsium yang bersenyawa dengan anion lain selain karbonat atau bikarbonat.
Ion Kalsium (Ca2+) mempunyai kecenderungan relatif kecil untuk membentuk ion kompleks. Densitas muatan dari ion Ca2+ relatif lebih kecil dibandingkan dengan ion-ion logam divalen lainnya sehingga menyebabkan ikatan yang lebih lemah dengan air untuk melakukan hidrasi.
Kalsium dalam jumlah yang cukup sangat dibutuhkan bagi alga, koral, dan anthozoa lainnya dalam sebuah akuarium air laut. Dalam air laut alaminya konsentrasi kalsium berada diantara 400-450 mg/l (ppm).

• Penetapan Kesadahan Magnesium (Mg)
Magnesium adalah salah satu unsur yang dapat menyebabkan kesadahan air baik yang bersifat kesadahan sementara maupun kesadahan tetap. Kesadahan sementara disebabkan oleh adanya ion-ion Mg dan karbonat atau bikarbonat dalam air yang dapat dihilangkan dengan jalan mendidihkannya. Sedangkan kesadahan tetap disebabkan oleh adanya Mg yang bersenyawa dengan ion lain selain karbonat atau bikarbonat.
Ion Mg memiliki densitas muatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan ion-ion logam divalen lainnya sehingga akan mengakibatkan ikatan yang lebih kuat dengan air untuk melakukan hidrasi. CaMg(CO3)2 (dolomite) adalah sumber Magnesium yang paling umum dalam air.
Pada umumnya konsentrasi Magnesium dalam air tawar lebih kecil dibandingkan dengan Kalsium. Dalam lautan, Magnesium dalam bentuk larutan lebih lama dibandingkan dengan Kalsium. Hal ini disebabkan senyawa Mg2+ mengendap lebih lambat dibandingkan dengan senyawa Ca2+.

c. Analisis Ion Logam
• Analisis Besi (Fe) Total
Besi dalam air tanah pada umumnya berbentuk ion Fe2+ tapi ketika air tersebut muncul ke permukaan maka ion Fe¬¬2+ akan teroksidasi menjadi ion Fe3+ yang menimbulkan warna coklat dan kekeruhan pada air.
Adanya besi yang terlalu banyak akan menimbulkan masalah dalam pemakaian sehari-hari, misalnya menyebabkan noda-noda pada pakaian, kertas atau peralatan serta berasa logam dan air berbau amis atau anyir.

• Analisis Mangan (Mn) Total
Mangan sifatnya hampir sama dengan besi. Mangan dalam air bila teroksidasi akan menimbulkan endapan kecoklatan dari MnO2. Bila kadar Mn dalam air lebih dari 0,5 mg/l akan menimbulkan noda pada pakaian/kertas berupa titik coklat yang sukar dihilangkan. Dalam konsentrasi yang lebih tinggi akan bersifat racun.

d. Analisis Ion Klorida
Air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga berasal dari air tanah. Dalam perjalanan dari sumbernya air tanah melarutkan berbagai macam mineral dari batuan-batuan. Salah satunya adalah mineral yang mengandung senyawa klorida, karena sifat dari senyawa ini adalah mudah larut dalam air. Konsentrasi maksimum klorida dalam air rumah tangga yang diperbolehkan oleh DepKes RI adalah 600 mg/L.
Apabila lebih dari itu, maka air akan bersifat asam. Sehingga dapat mempengaruhi rasa air dan dapat korosif terhadap pipa-pipa yang terbuat dari logam. Akibatnya, akan merusak pipa dan sebagian unsur logam tertentu akan larut dalam air.
Konsentrasi klorida dalam air dapat ditentukan secara kuantitatif, yaitu dengan menggunakan metoda Argentometri (Titrimetri) dan Spektrofotometri.
Klorin biasanya terkandung pada air ledeng (PAM). Klorin ini akan masuk bersama air ledeng (PAM) yang digunakan pada saat penggantian air atau penataan ulang akuarium secara keseluruhan (new setup). Tingkat klorin diatas 0.02 mg/l (ppm) akan menyebabkan membran sisi insang (mucous membranes) ikan merasa terbakar dan berwarna merah. Klorin juga dapat mengganggu kerja bakteri pengurai yang menguntungkan pada saat mengurai polutan pada filter, bahkan dapat mematikan bakteri ini.

e. Analisis Senyawa Nitrogen
• Keberadaan NH4+ di dalam air
Keberadaan amoniak dalam air dapat disebabkan karena dekomposisi zat organik secara mikrobiologi oleh bakteri secara anaerob dimana terjadi reaksi sebagai berikut :

Anaerob
C,H,O,N,S CH4 + H2S + NH3

Selain itu keberadaan amoniak dapat disebabkan oleh pencemaran yang berasal dari kotoran manusia maupun dari penggunaan pupuk dalam pertanian (penggunaan pupuk Urea).
Kandungan Amoniak dalam air permukaan (30 mg/l) lebih besar dibanding air tanah, jika kandungan amoniak terlalu tinggi akan mempengaruhi bau dan rasa air tersebut. Untuk menghilangkan bau yang ditimbulkan oleh amoniak maka dilakukan proses aerasi atau klorinasi.

• Keberadaan Nitrit (NO2-) di dalam air
Nitrit bersifat tidak stabil (tidak bertahan lama) di dalam air karena NO2- yang berasal dari NH4+ mudah teroksidasi menjadi NO3- disebut juga Nitrifikasi. Berikut ini adalah reaksi Nitrifikasi :
2NH4+ + 3O2 → 2NO2 + 4H+ + 2H2O + energi
2NO2- + O2 → 2NO3- + energi
Nitrit dalam air berasal dari bahan inhibitor korosi yang banyak dipakai di pabrik. Jika air yang mengandung nitrit dikonsumsi oleh manusia akan berbahaya karena nitrit berikatan dengan hemoglobin dalam darah sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen. Selain itu nitrit juga membentuk nitrosin (RR’N-NO) yang bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker.

• Keberadaan Nitrat (NO3-) di dalam air
Nitrat adalah senyawa nitrogen yang bersifat stabil dan umumnya berasal dari buangan industri bahan peledak, pupuk dan cat. Selain itu juga berasal dari penggunaan pupuk dalam pertanian.
Kadar nitrat dalam air tidak boleh melebihi 10 ppm karena dapat menyebabkan
 Stimulasi pertumbuhan ganggang dan tanaman air yang tak terbatas sehingga DO level rendah dan mengakibatkan hewan air mati.
 Penyakit metamoglobinemia (crynose/penyakit biru pada bayi). Nitrat direduksi oleh bakteri asam susu dalam ASI menjadi nitrit. Nitrit berikatan dengan hemoglobin dalam darah.

f. Analisis Zat Organik
Tingginya zat organik dalam air diakibatkan oleh masuknya berbagai bahan organik (Daun, ranting pohon, hewan mati, dll.) ke dalam badan air dan pencemaran yang berasal dari industri seperti industri kertas, pembuatan tepung, dll.
Tingginya zat organik dapat mengakibatkan badan air keruh atau berwarna DO level rendah dan air berbau akibat penguraian zat organik secara anaerob. Berikut reaksinya :
Anaerob
C,H,O,N,S CH4 + H2S + NH3

Zat organik dalam air ditetapkan sebagai angka permanganat dengan menggunakan metode permanganimetri. Angka permanganat didefinisikan sebagai mg KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidasi sempurna seluruh zat organik dalam 1 liter air.
Gangguan dalam proses analisis bisa diakibatkan oleh tingginya ion klorida, karena ion klorida dapat ikut teroksidasi sat pengoksidasian zat organik, sehingga penetapannya dapat dilakukan dengan dua cara tergantung pada konsentrasi klorida dalam air. Jika konsentrasi klorida dibawah 300 ppm maka penetapan dilakukan dengan cara asam sedangkan apabila konsentrasi klorida lebih besar dari 300 ppm maka penetapan dilakukan dengan cara basa.


g. Analisis Oksigen dalam Air
• DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen yang dimaksud adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Kelarutan oksigen (O2) dalam air sangat dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, udara dan gerak pada air (turbulensi). Oksigen yang terdapat dalam air ini sangat diperlukan untuk kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri.
Kadar oksigen dalam air juga tergantung pada kotornya air itu. Makin kotor air, maka makin kecil kadar oksigennya. Oleh karena itu oksigen juga sering dipakai sebagai parameter untuk menentukan tingkat pencemaran pada air, khususnya untuk air limbah. Untuk keperluan air minum dan kehidupan aquatik, makin tinggi kadar oksigennya makin baik air tersebut. Tetapi untuk keperluan secara teknik (misalnya untuk pengisian ketel) kadar oksigen yang terlalu tinggi tidak dikehendaki.

• COD (Chemical Oxygen Demand)
Adanya zat organik yang melebihi dari yang disyaratkan berarti menunjukkan adanya pencemaran/pengotoran terhadap air tersebut. Zat organik merupakan makanan mikroorganisme, yang menyebabkan pesatnya pertumbuhan sehingga membahayakan masyarakat yang menggunakannya. Zat organik dapat pula mengganggu proses pengolahan, disamping menyebabkan air menjadi berwarna, memberikan rasa dan bau yang tidak sedap.
Untuk mengetahui berapa banyak zat organik dalam air adalah sulit, sebab banyak sekali macamnya, maka lalu ditetapkan dengan pemakaian oksigen secara kimia, yang dikenal dengan COD. COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik secara kimia dalam tiap liter air pada kondisi tertentu.

• BOD (Biological Oxygen Demand)
BOD didefinisikan sebagai mg oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi seluruh zat organik secara biokimia dalam satu liter air. BOD dianggap pula sebagai prosedur oksidasi basah dimana mikroorganisme dalam air digunakan sebagai pengoksidasi zat organik menjadi CO2, H2O dan NH3.
BOD biasanya digunakan sebagai parameter penentu kualitas limbah industri karena BOD menunjukkan tingkat pencemaran zat organik yang bersifat biodegradable yaitu sifat dari bahan organik yang dapat diuraikan oleh bakteri sehingga kualitas air dikatakan rendah.
Jika BOD level tinggi dapat mempengaruhi jumlah oksigen terlarut dalam air, karena oksigen tersebut digunakan oleh bakteri aerob untuk menguraikan zat organik. Semakin tinggi BOD level semakin rendah DO level.




BAB III
METODOLOGI

III.1. Metode pengambilan sampel
III.3. Analisis Kualitas Air
III.3.1. Analisis Parameter Fisika
a. Analisis Bau, Warna dan Rasa
Metode : Organoleptik
Prinsip :
Berdasarkan atas penggunaan alat indra (mata, hidung dan lidah)
Prosedur :
1. Sampel air dimasukkan ke dalam gelas yang bersih
2. Warna sampel diamati
3. Bau dari sampel air dicium
4. Sampel diminum*.
* (Dilakukan hanya untuk sampel air minum)

b. Analisis Daya Hantar Listrik
Metode : Elektrokimia-Konduktometri
Alat : Mettler Toledo Conductivity meter S30
Prinsip :
Pengukuran DHL didasarkan pada kemampuan kation dan anion untuk menghantarkan arus listrik yang dialirkan ke dalam air. Energi yang dihasilkan dapat dibaca langsung pada alat dengan satuan yang sesuai.
Prosedur :
1. Aliran listrik dinyalakan dengan menekan tombol “power”
2. Elektroda dibersihkan dengan aquadest
3. Elektroda dimasukkan ke dalam sampel
4. DHL sampel diukur.


c. Analisis pH
Metode : Elektrokomia-Potensiometri
Alat : Mettler Toledo pH meter S20
Prinsip :
Pengukuran pH didasarkan atas konsentrasi H+ di dalam suatu larutan. Energi yang dihasilkan dapat dibaca langsung pada alat dengan satuan yang sesuai.
Prosedur :
1. Potensiometer dihubungkan dengan sumber arus
2. Elektroda dibersihkan kemudian dikalibrasi dengan menggunakan larutan Buffer pH ( 4, 7, 9 )
3. Elektroda dicelupkan kedalam sampel
4. pH sampel diukur.


d. Analisis Kekeruhan ( Turbiditas )
Metode : Turbidimetri
Alat : Turbidimetri Eutech Instruments TN-100
Prinsip :
Interaksi cahaya dengan partikel penyebab kekeruhan berdasarkan pengukuran cahaya yang dipendarkan oleh zat-zat tersuspensi.
Prosedur :
1. Turbidimeter dinyalakan dengan menekan tombol On
2. Turbidimeter dikalibrasi dengan menggunakan larutan standar kalibrasi (20
3. Sampel dimasukkan ke dalam tabung turbidimeter kemudian dimasukkan ke dalam turbidimeter
4. Kekeruhan sampel diukur.

e. Analisis Temperatur
Metode : Manual
Alat : Termometer air raksa
Prinsip :
Berdasarkan perubahan volume air raksa dalam thermometer yang disebabkan oleh suhu suatu larutan .
Prosedur :
1. Sampel dimasukan ke dalam gelas kimia
2. Suhu sampel diukur dengan menggunakan thermometer
3. Skala yang ditunjukan thermometer dibaca.

f. Analisis Padatan
• Analisis Total Padatan (Total Solid)
Metode : Gravimetri
Alat :
- Pinggan Penguapan - Gelas kimia 500 mL
- Eksikator - Kassa & Kaki Tiga
- Penjepit Cawan - Pemanas Bunsen
- Oven - Gelas ukur 100 mL

Prinsip :
Sejumlah tertentu sampel air diuapkan di atas penangas air dalam pinggan yang telah diketahui beratnya. Setelah kisat lalu dipanaskan dalam oven pada suhu 105º-110º C. Kemudian ditimbang sampai konstan.
Prosedur :
1. 100 mL sampel air diuapkan dalam pinggan yang telah diketahui beratnya di atas penangas air hingga kering.
2. Pinggan dan residu dikeringkan di dalam oven pada suhu 110ºC, lalu di biarkan dalam eksikator selama 10 menit dan ditimbang
3. Pengerjaan pada poin no.2 dilakukan beberapa kali hingga diperoleh berat konsta
4. ppm Total Solid dihitung.

• Analisis Total Padatan Terlarut (Total Dissolved Solid)
Metode : Gravimetri
Alat :
- Pinggan Penguapan - Gelas kimia 500 mL - Gelas ukur 100 mL
- Eksikator - Kassa & Kaki Tiga
- Penjepit Cawan - Pemanas Bunsen
- Oven - Kaca Masir

Prinsip :
Sejumlah tertentu sampel air disaring dan diuapkan di atas penangas air dalam pinggan yang telah diketahui beratnya. Setelah kisat lalu dipanaskan dalam oven pada suhu 105º -110º C. Kemudian ditimbang sampai konstan.
Prosedur :
1. 100 mL sampel air disaring dengan menggunakan kaca masir G4, kemudian filtratnya diuapkan dalam pinggan yang telah diketahui beratnya di atas penangas air hingga kering.
2. Pinggan dan residu dikeringkan di dalam oven pada suhu C, lalu di biarkan dalam eksikator selama 10 menit dan ditimbang
3. Pengerjaan pada poin no.2 dilakukan beberapa kali hingga diperoleh berat konstan.
4. ppm Total Dissolved Solid dihitung.

• Analisis Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid)
Metode : Gravimetri
Alat :
- Pinggan Penguapan - Gelas kimia 500 mL - Gelas ukur 100 ml
- Eksikator - Kassa & Kaki Tiga
- Penjepit Cawan - Pemanas Bunsen
- Oven - Kaca Masir G4

Prinsip :
Sejumlah tertentu sampel air disaring dengan penyaring yang telah diketahui beratnya. Kemudian padatan yang tersaring dikeringkan dalam oven pada suhu 105 º-110º C. Kemudian ditimbang sampai konstan.
Prosedur :
1. 100 mL sampel air disaring dengan menggunakan kaca masir G4 yang diketahui beratnya.
2. Kaca masir dan residu dikeringkan di dalam oven pada suhu 110º C, lalu di biarkan dalam eksikator selama 10 menit dan ditimbang
3. Pengerjaan pada poin no.2 dilakukan beberapa kali hingga diperoleh berat konstan.
4. ppm Total Suspended Solid dihitung.




III.3.2. Analisis Parameter Kimia
a. Asiditas
Metode : Titrimetri ( Alkalimetri )
Alat :
- Buret 50 mL - Corong Pendek - Gelas ukur 100 mL
- Labu Erlenmeyer 250 mL - Batang Pengaduk
- Botol Semprot - Gelas kimia 500 mL
- Kaca Arloji - Pipet tetes

Prinsip :
Sejumlah tertentu sampel air dititrasi oleh larutan NaOH standar dengan indikator fenolpthalein dari tidak berwarna menjadi rose pucat, kemudian ditambahkan indikator metil jingga dan titrasi kembali dengan HCl standar sampai larutan berwarna jingga merah.
Prosedur :
1. 100 ml sampel air dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 ml
2. 5 tetes indicator fenolptalein ditambahkan kedalamnya
3. Larutan dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1N sampai larutan berwarna rose pucat, volume pemakaian NaOH dicatat , misalnya p ml
4. Lalu 5 tetes indicator metal jingga ditambahkan kedalamnya
5. Larutan dititrasi kembali dengan larutan standar HCl 0,1 N sampai laruan berubah warna menjadi jingga merah, volume pemakaian HCl dicatat, misalnya q ml.
6. ppm H+/CO2/HCO3- dihitung.

b. Analisis Kesadahan
• Kesadahan Total
Metode : Titrimetri (Kompleksometri)
Alat :
- Buret 50 mL - Corong Pendek - Pipet tetes
- Labu Erlenmeyer 250 mL - Batang Pengaduk
- Botol Semprot - Gelas kimia
- Kaca Arloji - Gelas ukur 100 mL

Prinsip :
Sejumlah tertentu sampel air ditambahkan larutan buffer pH 10 untuk menyangga pH , kemudian dititrasi dengan larutan EDTA standar dengan bantuan indikator EBT sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru jelas.

Prosedur :
1. 100 mL sampel air diambil lalu dimasukkan ke dalam labu elemeyer 250 mL
1. 2 mL larutan buffer pH=10 ditambahkan kedalamnya
2. Kemudian 50 mg indikator EBT dalam NaCl ditambahkan
3. Lalu dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru jelas.
4. ppm kesadahan total dalam mg CaO/L dihitung.


• Kesadahan Tetap
Metode : Titrimetri (Kompleksometri)
Alat :
- Buret 50 mL - Corong Pendek - Pipet tetes
- Labu Erlenmeyer 250 mL - Batang Pengaduk - Penangasair
- Botol Semprot - Gelas kimia - Bunsen
- Kaca Arloji - Gelas ukur 100 mL - Kaki tiga & Kassa

Prinsip :
Sejumlah tertentu sampel air dipanaskan terlebih dahulu untuk menghilangkan kesadahan sementara, lalu tambahkan larutan buffer pH 10 untuk menyangga pH, kemudian dititrasi dengan larutan EDTA standar dengan bantuan indikator EBT sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru jelas.

Prosedur :
1. 100 mL sampel air diambil lalu dimasukkan ke dalam labu elemeyer 250 mL.
1. Kemudian dipanaskan selama 30 menit dan didinginkan, kemudian disaring dengan yertas saring
2. 2 mL larutan buffer pH=10 ditambahkan kedalam filtrat
3. 50 mg indikator EBT dalam NaCl ditambahkan
4. Kemusian dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru jelas.
5. ppm kesadahan tetap dalam mg CaO/L dihitung.
6. ppm kesadahan sementara juga dihitung dengan cara selisih kesdahan total dengan kesadahan tetap dalam satuan mg CaO/L.


• Kesadahan Ca dan Mg
Metode : Titrimetri (Kompleksometri)
Alat :
- Buret 50 mL - Corong Pendek - Pipet tetes
- Labu Erlenmeyer 250 mL - Batang Pengaduk - Penangasair
- Botol Semprot - Gelas kimia - Bunsen
- Kaca Arloji - Gelas ukur 100 mL - Kaki tiga & Kassa

Prinsip :
Sejumlah tertentu sampel air dibasakan dengan NaOH kemudian dititrasi dengan larutan EDTA standar dengan bantuan indikator murexyde sampai terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi ungu.

Prosedur :
1. 100 mL sampel air diambil lalu dimasukkan ke dalam labu elemeyer 250 mL .
2. 3 tetes indikator phenolphtalein ditambahkan dan beberapa tetes larutan NaOH 3 N (a mL), hingga larutan berwarna
merah muda.
3. Sampel baru diambil sebanyak 100 mL, dimasukan kedalam erlenmeyer 250 mL.
4. a mL NaOH 3 N dan 3 mL NaOH 3 N ditambahkan.
5. 50 mg indikator Murexyde dalam NaCl juga ditambahkan.
6. Kemudian dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari merah menjadi ungu biru
7. ppm kesadahan kalsium dalam mg Ca/L dihitung.
8. ppm kesadahan magnesium pun dihitung dengan cara selisih kesadahan total dengan kesadahan kalsium dalam satuan mg Mg/L.




c. Analisis Ion Logam
• Analisis Mangan (Mn) total
5. Metode : Kolorimetri
6. Alat : Komparator dan Tabung Nessler
7. Prinsip :
Sejumlah tertentu sampel air diendapkan seluruh ion kloridanya dengan penambahan larutan AgNO3 dalam suasana asam. Kemudian larutan yang engandung Mangan (Mn) tersebut dioksidasi oleh K2S2O8 dalam suasana asam dan panas sampai membentuk warna rose pucat dari ion permanganate (MnO4-). Warna yang muncul dibandingkan dengan warna larutan standar. Konsentrasi Mangan total dapat dihitung berdasarkan hokum Lambert-Beer dimana A1=A2.
Prosedur :
1. 100 ml sampel air yang jernih dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer
2. 1 ml HNO3 8N dan AgNO3 5 % ditambahkan kedalamnya hingga tidak timbul lagi kekeruhan, kemudian disaring dengan kaca masir G4 dan filtratnya ditampung
3. Filtrat dipanaskan hingga hamper mendidih, dan ditambahkan 0,2 K2S2O8
4. Kemudian larutan dididihkan selama 5 menit , dinginkan lalu dimasukkan kedalam tabung nessler
5. Warna larutan yang terbentuk dibandingkan dengan warna larutan standar MnO4-.

• .Analisis Besi (Fe) total
Metode : Kolorimetri
Alat : Komparator dan Tabung Nessler
Prinsip : Sejumlah tertentu sampel air yang diperkirakan mengandung ion Fe dioksidasi oleh air brom berlebih dalam suasan asam membentuk ion ferri, kemudian kelebihan air brom diuapkan dan setelah dingin ditambahkan KSCN dalam suasana asam hingga terbentuk larutan kompleks berwarna. Warna larutan yang terbentuk dibandingkan dengan warna larutan standar. Konsenrasi besi total dapat dihitung berdasarkan hokum Lambert- Beer dimana A1=A2.
Prosedur :
1. 100 ml sampel air yang jernih dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer
2. 2 ML H2SO4 4N dan beberapa tetes air brom jenuh ditambahkan kedalam larutan hingga air brom berlebih.
3. Kelebihan air brom kemudian dipanaskan sampai hilang, lalu didinginkan dan dimasukkan kedalam Tabung Nessler
4. 5 ml KSCN 20 % ditambahkan kedalamnya kemudian dikocok
5. Warna yang terbentuk dibandingkan dengan warna larutan satandar Fe3+.
d. Analisis Ion Klorida
Metode : Titrimetri (Argentometri)
Alat :
- Buret Coklat 50 mL - Corong Pendek - Pipet tetes
- Labu Erlenmeyer 250 mL - Batang Pengaduk
- Botol Semprot - Gelas kimia
- Kaca Arloji - Gelas ukur

Prinsip :
Sejumlah tertentu sampel air dititrasi dengan AgNO3 dalam suasana netral sedikit basa dengan bantuan indikator K2CrO4 sampai terjadi perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning kecoklatan. Pada TE, mEq Cl- = mEq AgNO3, sehingga ppm Cl- dapat dihitung.

Prosedur :
1. 100 mL sampel air yang jernih diambil dan dimasukan kedalam labu
Erlenmeyer.
2. HNO3 8 N diatambahkan jika sampel bersifat basa, lalu 0,5
mL larutan K2CrO4 5 % diamsukkan kedalamnya.
3. Serbuk MgO ditambahkan hingga sampel berwarna kuning.
4. Kemudian dititrasi dengan larutan AgNO3 standar (+ 0,025 N) hingga terjadi
perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning kecoklatan.
5. ppm Cl- dalam sampel dihitung.

e. Analisis Senyawa Nitrogen
• Penetapan Amonium (NH4+) bebas
Metode : Kolorimetri
Alat : Komparator dan Tabung Nessler
Prinsip :
Sejumlah tertentu sampel air ditambahkan kedalamnya larutan garam seignette dan pereaksi nessler yang akan membentuk kompleks berwarna. Warna yang terbentuk kemudian dibandingkan dengan standar. Konsentrasi Amonium bebas dapat dihitung berdasarkan hokum Lambert-Beer dimana A1=A2.
Prosedur :
1. 100 ml sampel yan jernih dan tidak berwarna dimasukkan kedalam tabung nessler
2. 1 ml larutan seignette dan 1 ml pereaksi nessler ditambahkan kedalamnya kemudian dikocok
3. Warna larutan yang terbentuk dibandingkan dengan warna larutan standar NH4+.
• Penetapan Nitrit (NO2-)
Metode : Kolorometri
Alat : Komparator dan Tabung Nessler
Prinsip :
Sejumlah tertentu sampel air ditambahkan kedalamnya pereaksi nitrit (Griez-Romyn) kemudian dibiarkan beberapa saat untuk menyempurnakan reaksi diazotisasi asam sulfanilat oleh asam nitrit yang diikuti dengan reaksi kopling dengan α-naftilamina membentuk suatu zat warna azo yang merah. Lalu warna larutan yang merah terseabut dibandingkan dengan warna larutan standar . Konsentrasi nitrit dapat dihitung berdasarkan hokum Lambert-Beer dimana A1=A2.
Prosedur :
1. 100 ml sampel yan jernih dan tidak berwarna dimasukkan kedalam tabung nessler
2. 0,1 g pereaksi nitrit ditambahkan kedalamnya kemudian dikocok dan diamkan 10 menit
3. Warna larutan yang terbentuk dibandingkan dengan warna larutan standar NO2-.
• Penetapan Nitrat (NO3-)
Metode : Kolorometri
Alat : Komparator dan Tabung Nessler
Prinsip :
Sejumlah tertentu sampel air ditambahkan kedalamnya logam Al dalam suasana asam yang bertujuan membentuk gas H2 yang berfungsi untuk mereduksi NO3- menjadi NH4+. Kemudian NH4+ yang terbentuk direaksikan dengan pereaksi nessler membentuk kompleks berwarna. Warna larutan yang terbentuk dibandingkan dengan warna larutan standar. Konsentrasi Amonium total dapat dihitung berdasarkan hokum Lambert-Beer A1=A2.
Prosedur :
1. 100 ml sampel air yang jernih dan tidak berwarna dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer
2. 1ml HCl 25% dan 4 butir logam Al ditambahkan kedalamnya, kemudian tutup dan didiamkan selama 1 malam
3. Larutan tersebut dinetralkan dengan NaOH 25% dan dimasukkan kedalam tabung nessler serta ditambahkan kedalamnya 1 ml larutan seignette dan 1 ml pereaksi nessler
4. Larutan dikocok dan dibiarkan selama 15 menit
5. Warna larutan dibandingkan dengan warna larutan dtandar NH4+.

f. Analisis Zat Organik
Metode : Titrimetri ( Permanganimetri )
Alat :
- Buret Coklat 50 mL - Corong Pendek - Pipet seukuran 25 mL
- Labu Erlenmeyer 250 mL - Batang Pengaduk - Bunsen
- Botol Semprot - Gelas kimia - Kaki tiga dan kassa
- Kaca Arloji - Labu ukur 250 mL - Gelas ukur

Prinsip :
Sejumlah tertentu sampel air dipanaskan dalam suasana asam, kemudian ditambahkan kedalamnya larutan KMnO4 standar berlebih dan terukur, KmnO4 sisa kemudian direaksikan dengan H2C2O4 berlebih dalam suasana asam dan panas, kemudian kelebihan H2C2O4 dititrasi dengan KmnO4 standar sampai terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi rose pucat.
Prosedur :
1. 100 ml sampel air dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
2. 5 ml H2SO4 4N ditambahkan ke dalamnya
3. Larutan KmnO4 standar 0,01 N diteteskan kedalam sampel hingga berwarna rose pucat dan dipanaskan sampai hamper mendidih
4. 10,00 ml larutan KmnO4 standar 0,01 N ditambahkan kedalamnya melalui buret kemudian dididihkan selama 10 menit tepat
5. 10,00 ml larutan standar H2C2O4 0,01 N ditambahkan kedalamnya
6. Kelebihan H2C2O4 kemudian dititrasi dengan KmnO4 standar 0,01N sampai berwarna rose pucat
7. ppm zat organic dihitung sebagai angka permanganat.


g. Analisis Oksigen dalam air
• DO ( Dissolved Oxygen)
Metode : Titrimetri (Iodometr)
Alat :
- Buret Coklat 50 mL - Corong Pendek - Pipet ukur 10 mL
- Labu Iod 250 mL - Batang Pengaduk - Gelas ukur 100 mL
- Botol Semprot - Gelas kimia
- Pipet tetes - Filler

Prinsip :
Sejumlah tertentu oksigen dalam air direaksikan dengan Mn2+ dalam suasana basa, MnO2 yang terbentuk direduksi oleh KI berlebih. I2 yang terbentuk ekuivalen dengan MnO2 serta O2 dititrasi oleh Na2S2O8 standar terhadap indicator amylum sampai warna biru tepat menghilang. Pada TE, mek I2 = mek O2 = mek S2O32-. Sehingga ppm oksign dapat dihitung.
Prosedur :
1. Sampel air dimasukkan kedalam Labu iod yang telah diketahui volumenya dengan pasti , diisi sampai penuh dan ditutup rapat (tidak ada gelembung udara)
2. 2 ml larutan MnSO4 dan 2 ml larutan alkali iodide azida dimasukkan kedalam labu iod tersebut melalui dasar labu
3. Labu ditutup rapat kemudian dikocok selama 1 menit dan endapannya dibiarkan turun
4. Lalu supernatant dituangkan kedalam lanu yang lain, kemudian 12 ml H2SO4 6N ditambahkan kedalam labu berisi endapan melalui dinding labu dan dikocok
5. Kemudian dititrasi dengan larutan standar Na2SO8 0,025 N. Lalu 5 ml amylum ditambahkan kedalamnya apabila titrasi hamper selesai, titrasi dilanjutkan hingga warna menjadi biru tepat menghilang
6. 12 ml H2SO4 6 N ditambahkan pula kedalam supernatant, bila terbentuk warna coklat dari I2, dititrasi dengan larutan standar Na2S2O8 0,025 N
7. ppm O2 dihitung.

• COD (Chemical Oxygen Demand)
Metode : Titrimetri (Iodometri)
Alat :
- Buret Coklat 50 mL - Corong Pendek - Pipet seukuran 25 mL
- Labu Iod 500 mL - Batang Pengaduk - Gelas ukur 100 mL
- Botol Semprot - Gelas kimia - Filler
- Heating mantle - Alat refluks
Prinsip :
Sejumlah tertentu air ditambahkan ke dalamnya larutan K2Cr2O7 standar berlebih dalam suasana asam, kemudian larutan ini direfluks untuk mempercepat reaksi antara zat organik dengan K2Cr2O7. Kemudian K2Cr2O7 sisa dititrasi dengan larutan (NH4)2Fe(SO4)2 dengan bantuan indikator ferroin sampai terjadi perubahan warna dari biru hijau menjadi merah kebiruan.
Prosedur :
1. 50 mL sampel air dimasukkan ke dalam labu iod 500 mL.
2. 25,00 mL larutan K2Cr2O7 + 0,1 N dan 10 mL H2SO4 pekat ditambahkan dengan hati-hati melalui dinding labu.
3. Beberapa butir batu didih dimasukkan kedalamnya kemudian campuran diaduk dengan jalan menggoyangkan labu dengan hati-hati.
4. Kemudian campuran direfluks selama 2 jam.
5. Setelahnya didinginkan, alat reflux (pendingin) kemudian dibilas tiga kali dengan sedikit air bebas zat organik kemudian diencerkan hingga isinya menjadi 300 mL dengan air bebas zat organik.
6. 15 tetes indikator ferroin ditambahkan kedalamnya, kemudian dititrasi dengan larutan standar (NH4)2Fe(SO4)2 + 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari biru hijau menjadi merah kecoklatan.
7.Penetapan blanko dilakukan terhadap K2Cr2O7 dengan perlakuan seperti di atas, dan sampel diganti dengan air bebas zat organik.



BAB IV
DATA, PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Data Pengambilan Sampel
Jenis sampel : Air isi ulang
Waktu : 05.45 WIB, 23 Januari 2010
Tempat : Kp. Cigagak RT. 05 RW.14 Kel.Cipadung Kec.
Cibiru
Volume : 5L
Metode : Sampling sesaat ( Grab Sampling )
Pembahasan :
 Teknik Grab Sampling dipilih karena merupakan teknik yang sesuai dengan kondisi sampel dimana sampel berasal dari suatu sumber dan dibiarkan mengalir.
 Sampling dilakukan pagi hari sebelum praktikum, karena dikhawatirkan keadaan sampel berubah karena tidak ada proses pengawetan, misalnya terjadi kekeruhan selama proses penyimpanan karena dimungkinkan tingkat kesadahan sampel yang tinggi atau partikel lain yang ikut terendapkan selama proses penyimpanan.
 Sampel diambil sebanyak keperluan, karena jika sampel habis sedangkan semua parameter belum terselesaikan maka tidak dapat dilakukan sampling ulang karena kondisi kedua sampel tersebut dianggap sudah berbeda, tapi karena sebagai bahan pembelajaran sampling boleh dilakukan kembali.

IV.2. Analisis Kualitas Air
IV.2.1. Analisis Parameter Fisika
a. Analisis Bau, Warna dan Rasa
Pengamatan :
Parameter Data pengamatan
Bau Tidak berbau
Warna Tidak berwarna dan jernih
Rasa Tidak berasa

Pembahasan :
 Pengamatan bau dan warna harus langsung dari tempat sampling agar yang teramati adalah kondisi awal sampel, jika tidak disegerakan dikhawatirkan akan ada perubahan warna atau timbul kekeruhan maupun bau apabila tidak ada proses pengawetan sampel
 Pengamatan bau dan warna merupakan pengamatan yang bersifat relatif, karena setiap orang memiliki perbedaan dalam mengamati warna maupun bau, sehingga pengamatan warna dan bau dilakukan lebih dari satu orang untuk meminimalisir kesalahan.
 Pengamatan bau dan warna tidak dapat diamati oleh orang yang sedang mengalami gangguan kesehatan pada indra penciuman dan pengelihatannya

b. Analisis Daya Hantar Listrik
Data Pengamatan :
DHL = 1,06 µS/cm
Pembahasan :
 Konduktometer harus dikalibrasi terlebih dahulu agar hasil pengukuran dapat dipertanggungjawabkan, tujuannya agar dapat mengetahui apakah konduktometer tersebut masih layak digunakan atau tidak
 konduktometer dikalibrasi dengan cara memasukkan elektroda ke dalam larutan KCl 0,0100 M dan set pada 1413 Mikro mho/cm pada suhu 250C.

c. Analisis pH
Data Pengamatan :
pH = 6,24
Pembahasan :
 pH meter harus dikalibrasi terlebih dahulu agar hasil pengukuran dapat dipertanggungjawabkan, tujuannya agar dapat mengetahui apakah pH meter tersebut masih layak digunakan atau tidak.
 pH meter dikalibrasi dengan cara memasukkan elektroda ke dalam larutan kalibrasi yaitu larutan yang mewakili pH asam (misal pH = 4), pH netral ( pH = 7 ) dan pH basa (misal pH = 9).

d. Analisis Kekeruhan
Data Pengamatan :
Turbiditas = 0,54 NTU
Pembahasan :
 Alat yang digunakan untuk mengukur kekeruhan adalah Turbidimeter, alat tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu agar pengukuran tepat.
 Turbidimeter dikalibrasi dengan cara memasukkan standar larutan yang mempunyai ukuran kekeruhan tertentu ke dalam turbidimeter kemudian dibaca skala yang tertera pada alat apakah sama dengan angka yang tertera pada tabung larutan kalibrasi.

e. Analisis Temperatur
Data Pengamatan :
Suhu = 26 ºC
Pembahasan :
 Pengukuran temperatur seharusnya dilakukan pada saat sampling, karena suhu yang dinyatakan adalah suhu pada kondisi awal sampel.
 Pengukuran temperatur sebaiknya menggunakan termometer, tapi pada saat praktikum digunakan potensiometer karena pada alat tersebut terdapat pembaca temperatur larutan.



f. Analisis Padatan
• Analisis Total Padatan (Total Solid)
Data Pengamatan :
Berat Alat + Residu 94,4907 g
Berat Alat 94,4802 g
Berat Residu 0,0105 g

Perhitungan :
TS (mg/L) =
a = berat pinggan penguapan kosong (mg)
b = berat pinggan + residu (mg)
TS (mg/L) =
= 105 mg/L

Pembahasan :
 Pada penetapan TS, yang ditetapkan adalah Total padatan, sehingga apabila terdapat minyak atau padatan tidak boleh dipisahkan, kecuali padatan berup batu, daun tau yang dapat dipisahkan diambil agar tidak mengganggu analisa.
 Pengkisatan dilakukan di atas penangas air, tidak pada api langsung, karena bila menggunakan api langsung dikhawatirkan air memercik dan membawa residu (zat yang terdapat pada sampel) sehingga data yang diperoleh lebih kecil dari seharusnya. Penggunaan penangas adalah untuk menguapkan air secara perlahan.
 Setelah kisat, pinggan dan residu dikeringkan di dalam oven, pemanasan pertama dilakukan lebih lama karena untuk menghilangkan sisa air atau air yang terikat oleh residu
• Analisis Total Padatan Terlarut (Total Dissolved Solid)
Data Pengamatan :
Berat Alat + Residu 82,0257 g
Berat Alat 82,0193 g
Berat Residu 0,0064 g

Perhitungan :
TDS (mg/L) =

a = berat pinggan penguapan kosong (mg)
b = berat pinggan + residu (mg)
TDS (mg/L) =
= 64 mg/L
Pembahasan :
 Volume sampel diukur terlebih dahulu sebanyak 100 mL sebelum disaring dengan menggunakan kaca masir G4 hal ini bertujuan agar yang terukur adalah padatan berupa koloid dan yang terlarutnya
 Pengkisatan dilakukan di atas penangas air, tidak pada api langsung, karena bila menggunakan api langsung dikhawatirkan air memercik dan membawa residu (zat yang terdapat pada sampel) sehingga data yang diperoleh lebih kecil dari seharusnya. Penggunaan penangas adalah untuk menguapkan air secara perlahan.
 Setelah kisat, pinggan dan residu dikeringkan di dalam oven, pemanasan pertama dilakukan lebih lama karena untuk menghilangkan sisa air atau air yang terikat oleh residu.


• Analisis Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid)
Data Pengamatan :
Total Padatan (TS) 105 mg/L
Total Padatan Terlarut (TDS) 64 mg/L

Perhitungan :
TSS = TD – TDS
= 105 mg/L – 64 mg/L
= 41 mg/L
Pembahasan :
 TSS ditetapkan secara tidak langsung karena sebelumnya sudah ditetapkan TS dan TDS sehingga TSS didapat dari selisih atau hasil pengurangan TS dengan TDS.


IV.2.2 Analisis Parameter Kimia
a. Asiditas
Reaksi :
H+(aq) + OH-(aq) H2O(l)
CO2(g) + OH-(aq) HCO3-(aq)
HCO3-(aq) + H+(aq) CO2(g) + H2O(l)

Tabel titrasi :
Titrasi 4 5
V.NaOH V. HCl V.NaOH V. HCl
V. Akhir 0,12 mL 2,10 mL 0,12 mL 2,04 mL
V. Awal 0,00 mL 0,00 mL 0,00 mL 0,00 mL
V. Pakai 0,12 mL 2,10 mL 0,12 mL 2,04 mL
TA MSM MSM MSM MSM
Ket :
MSM = merah sangat muda

Perhitungan :
Diketahui : [NaOH] = 0,0977 N
[HCl] = 0,1003 N
p< q, asiditas disebabkan oleh HCO3 - & CO2
CO2 (mg/L) = 1000/100 x p x NNaOH x BE CO2
HCO3- (mg/L) = 1000/100 x [(q x NHCl) - (p x NNaOH)] x BE HCO3-
1. CO2 (mg/L) = 1000/100 x 0,12 ml x 0,0977 N x 44
= 5,1586 mg/L
HCO3- (mg/L) = 1000/100 x [(2,10mlx 0,1003N) - (0,12ml x 0,0977N)] x 61
= 121,3327 mg/L
2. CO2 (mg/L) = 1000/100 x 0,12 ml x 0,0977 N x 44
= 5,1586 mg/L
HCO3- (mg/L) = 1000/100 x [(2,04ml x 0,1003N) - (0,12ml x 0,0977N)] x 61
= 117,6617 mg/L
Pembahasan :
 Untuk penentuan asiditas/alkalinitas, pada percobaan kali ini yang dilakukan adalah penetapan asiditas, karena pada saat ditambahkan indikator Fenolphtalein 10 tetes ke dalam sampel (10 mL) warna sampel tidak berubah menjadi rose pucat
 Karena Volume HCl > NaOH maka kemungkinan reaksi yang terjadi pada asiditas adalah menghasilkan CO2 dan HCO3ˉ maka pada perhitungan digunakan mek CO2 dan HCO3- untuk menentukan asiditasnya

b. Analisis Kesadahan
• Kesadahan Total
Reaksi :
Mg2+(aq)+ HIn2-(aq) MgIn-(aq) + H+(aq)
Ca2+(aq) + H2Y2-(aq) CaY2-(aq) + 2H+(aq)
Mg2+(aq) + H2Y2-(aq) MgY2-(aq) + 2H+(aq)
H2Y2-(aq) + MgIn-(aq) MgY2-(aq) + HIn2-(aq) + H+(aq)

Tabel titrasi :
Titrasi 1 2
V. akhir 5,85 mL 5,91 mL
V. awal 0,00 mL 0,00 mL
V. akal 5,85 mL 5,91 mL
TA BJ BJ
Ket : BJ= biru jelas
Perhitungan :
Dik : [EDTA] = 0.0136 N
Kesadahan total 1 = 1000 x volume EDTA x [EDTA] x Mr CaO
100
= 1000 x 5,85 mL x 0.0136 N x 56 mg/L
100
= 44,55 mg CaO/L

Kesadahan total 2 =1000 x volume EDTA x [EDTA] x Mr CaO
100
= 1000 x 5,91 mL x 0.0136 N x 56 mg/L
100
= 45,01 mg CaO/L

Rata – rata = 44,5536 mg CaO/L + 45,0106 mg CaO/L = 44,78 mg/L
2

Pembahasan :



• Kesadahan Tetap dan Sementara
Reaksi :
Ca(HCO3)2(aq) CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g)
Mg(HCO3)2(aq) Mg(OH)2(s) + CO2(g)
Mg2+(aq)+ HIn2-(aq) MgIn-(aq) + H+(aq)
Ca2+(aq) + H2Y2-(aq) CaY2-(aq) + 2H+(aq)
Mg2+(aq) + H2Y2-(aq) MgY2-(aq) + 2H+(aq)
H2Y2-(aq) + MgIn-(aq) MgY2-(aq) + HIn2-(aq) + H+(aq)

Tabel titrasi :
Titrasi 1 2
V. akhir 1,90 mL 1,99 mL
V. awal 0,00 mL 0,00 mL
V. akal 1,90 mL 1,99 mL
TA BJ BJ
Ket :
BJ = Biru Jelas
Perhitungan :
Dik : [EDTA] = 0.0136 N
K.tetap = 1000 x vol EDTA x [EDTA] x Mr CaO
100
K.tetap 1 =1000 x 1,90 mL x 0.0136 N x 56 mg/L
100
= 14,47 mg CaO/L
K.tetap 2 =1000 x 1,99 mL x 0.0136 N x 56 mg/L
100
=15,16 mg CaO/L

Rata – rata = 14,47 mg CaO/L + 15,16 mg CaO/L = 14,81 mg CaO/L
2

Kesadahan Sementara :
Kesadahan sementara = Kesadahan total - Kesadahan tetap
= 44,78 mg CaO/L – 14,81 mg CaO/L
= 29,97 mg CaO/L
Pembahasan :
 Fungsi pemanasan pada saat penetapan kesadahan tetap adalah untuk menghilangkan kesadahan sementara, karena CO2 akan keluar meniggalkan garam karbonat yang tidak larut (mengendap).
 Nilai kesadahan diubah ke dalam derajat kesadahan Jerman(0D),karena derajat kesadahan Jerman yang dipakai sebagai standar ukuran kesadahan di Indonesia. 10D(Jerman) = 10 mg CaO/L
 Fungsi larutan buffer pada saat penetapan adalah untuk menjaga pH agar tetap stabil pada kisaran pH 10, karena perubahan warna indikator EBT berada pada kisaran pH 10.

• Kesadahan Ca dan Mg
Reaksi :
Mg2+(aq) + OH (aq) Mg(OH)2(s)
Ca2+(aq)+ H2In3-(aq) CaIn3-(aq) + 2H+(aq)
Ca2+(aq) + H2Y2-(aq) CaY2-(aq) + 2H+(aq)
H2Y2-(aq) + CaIn3-(aq) CaY2-(aq) + H2In3-(aq)

Tabel titrasi :
Titrasi 1 2
V. akhir 4,38 mL 4,35 mL
V. awal 0,00 mL 0,00 mL
V. akal 4,38 mL 4,35 mL
TA UK UK
Ket :
UK = ungu kebiruan
Perhitungan :

Pembahasan :
 Fungsi penambahan larutan NaOH 3 N adalah untuk menaikan pH menjadi basa, karena perubahan warna indikator murexside adalah pada pH>11.
 Kadar Mg ditentukan secara tidak langsung yaitu dengan cara mengurangi nilai kesadahan total dengan kesadahan Ca, karena di dalam sampel air jika ditentukan dengan menggunakan metode kompleksometri menggunakan indikator murexide kesadahan yang dapat teramati/terukur adalah kesadahan Ca dan Mg, sehingga untuk menghemat penggunaan larutan dan biaya serta mengefektifkan waktu kadar Mg ditentukan secara tidak langsung

c. Analisis Ion Logam
• Besi total
Reaksi :
2Fe2+(aq) + Br2(l) 2Fe3+(aq) + 2Br –(aq)
Fe3+(aq) + 6SCN-(aq) [Fe(SCN)6]3-(aq)

Data Pengamatan :
Konsentrasi standar induk = ppm
b1 standar 9,2 cm
b2 sampel 19,5 cm
c1 standar 0,3 ppm

Perhitungan :
Persamaan Hukum Lambert-Beer :
• Menurut Hukum Lambert-Beer :
A1 = A2
1.b1.c1 = 2.b2.c2
1= 2 , maka :
b1.c1 = b2.c2
Jika : 1 standar, 2 sampel, maka :

= 0,14 ppm

Pembahasan :
 Pada faktor pengenceran diperoleh nilai 4, nilai tersebut diperoleh dari: Volume sampel yang sudah ditambahkan pereaksi(100 mL) dipipet 25 mL 100 mL
 Fungsi air Brom adalah untuk mengoksidasi ferro menjadi ferri sehingga di dalam sampel air hanya ada ferri sehingga kadar besi dapat ditetapkan.
 Ferro diubah menjadi ferri, karena ferro mudah teroksidasi dalam air menjadi ferri, sehingga apabila ferro tidak diubah ke dalam ferri maka kadar besi pasti tidak ekivalen dengan kadar besi sesungguhnya dalam sampel air.

• Mangan total
Reaksi :
2Mn2+(aq) + 5S2O82-(aq) + 8H2O(l) 2MnO4-(aq) + 10SO42-(aq) + 16H+(aq)
Data Pengamatan :
Konsentrasi standar induk = ppm
b1 standar 14,5 cm
b2 sampel 15,1 cm
c1 standar 0,4 ppm

Perhitungan :
Persamaan Hukum Lambert-Beer :
• Menurut Hukum Lambert-Beer :
A1 = A2
1.b1.c1 = 2.b2.c2
1= 2 , maka :
b1.c1 = b2.c2
Jika : 1 standar, 2 sampel, maka :

= 0,38 ppm

Pembahasan :
 Fungsi penambahan AgNO3 dan HNO3 adalah untuk mengendapkan ion Cl- yang terdapat dalam air, karena ion Cl- dapat bereaksi dengan ion MnO4-, sehingga kadar mangan dalam sampel air menjadi berkurang sehingga penetapan menjadi tidak benar.
 Mangan dalam air dioksidasi menjadi ion MnO4- oleh kalium persulfat, sehingga mangan menjadi senyawa berwarna dan dapat ditentukan kadarnya dengan menggunakan standar KmnO4.

d. Analisis Ion klorida
Reaksi :
Cl-(aq) + AgNO3(aq) AgCl(s) + NO3-(aq)
CrO42-(aq) + 2AgNO3(aq) Ag2CrO4(s) + 2NO3-(aq)

Tabel titrasi :
Titrasi
V. akhir ml ml
V. awal 0,00 ml 0,00 ml
V. akal ml ml
TA
Ket :

Perhitungan :

Pembahasan :


e. Analisis Senyawa Nitrogen
• NH4+ Bebas
Reaksi :
NH4+(aq) + 2[HgI4]2-(aq) + 4OH-(aq) HgO.Hg(NH2)I(s) + 7I-(aq) + 3H2O(l)
Data Pengamatan
Konsentrasi standar induk = ppm
b1 standar cm
b2 sampel cm
c1 standar ppm

Perhitungan :
Persamaan Hukum Lambert-Beer :
• Menurut Hukum Lambert-Beer :
A1 = A2
1.b1.c1 = 2.b2.c2
1= 2 , maka :
b1.c1 = b2.c2
Jika : 1 standar, 2 sampel, maka :

Pembahasan :

• NH4+ Proteid
Reaksi :
R-CHNH2-COOH(aq) + H+(aq) + S2O82-(aq) CO2(g) + H2O(l) + (NH4)2SO4(aq)
NH4+(aq) + 2[HgI4]2-(aq) + 4OH-(aq) HgO.Hg(NH2)I(s) + 7I-(aq) + 3H2O(l)

Data pengamatan
Konsentrasi standar induk = ppm
b1 standar cm
b2 sampel cm
c1 standar ppm

Perhitungan :
Persamaan Hukum Lambert-Beer :
• Menurut Hukum Lambert-Beer :
A1 = A2
1.b1.c1 = 2.b2.c2
1= 2 , maka :
b1.c1 = b2.c2
Jika : 1 standar, 2 sampel, maka :


Perhitungan Ammonium Proteid :
• Perhitungan [NH4+ - Proteid]
NH4+-Protein = ppm NH4+(jumlah) - ppm NH4+(bebas)

Pembahasan :

• Penetapan NO3-
Reaksi :
6HCl(aq) + 2Al(s) 3H2(g) + 2AlCl3(aq)
NO2-(aq) + 3H2(g) NH3(g) + OH-(aq) + H2O(l)
NO3- (aq) + 4H2(g) NH3(g) + OH-(aq) + 2H2O(l)
NH3(g) + H+(aq) NH4+(aq)
NH4+(aq) + 2[HgI4]2-(aq) + 4OH-(aq) HgO.Hg(NH2)I(s) + 7I-(aq) + 3H2O(l)
Data Pengamatan :
Konsentrasi standar induk = ppm
b1 standar 17,3 cm
b2 sampel 24,9 cm
c1 standar 0,5 ppm

Perhitungan :
Persamaan Hukum Lambert-Beer :
• Menurut Hukum Lambert-Beer :
A1 = A2
1.b1.c1 = 2.b2.c2
1= 2 , maka :
b1.c1 = b2.c2
Jika : 1 standar, 2 sampel, maka :

= 0,3474 ppm NH4+ Total

• Perhitungan [NO3-] :
NH4+ dari NO3- = NH4+(total) - NH4+ dari NO2- - NH4+(bebas)

Mr. NH4+
ppm NH4+dari NO2- = x ppm NO2-
Mr. NO2-

Mr. NO3-
ppm NO3- = x ppm NH4+ dari NO3-
Mr. NH4+

Pembahasan :

• Penetapan NO2-
Reaksi :

Data Pengamatan :
Konsentrasi standar induk = 50 ppm
b1 standar 6,3 cm
b2 sampel 22,7 cm
c1 standar 0,03 ppm

Perhitungan :
Persamaan Hukum Lambert-Beer :
• Menurut Hukum Lambert-Beer :
A1 = A2
1.b1.c1 = 2.b2.c2
1= 2 , maka :
b1.c1 = b2.c2
Jika : 1 standar, 2 sampel, maka :

= 0,0083 ppm

Pembahasan :
• Pada saat pengamatan diusahakan tidak lebih dari 30 menit karena sifat nitrit yang tidak stabil.
f. Analisis Zat Organik
Reaksi :
CxHyOz(aq) + KMnO4(lbh)(aq) H+ Mn2+(aq) + CO2(g) + H2O(l)
2MnO4-(sisa)(aq) +5C2O42- (lbh)(aq)+16H+(aq) 2Mn2+(aq)+10CO2 (g)+ 8H2O(l)
2MnO4-(aq) + 5C2O42- (sisa)(aq) + 16H+(aq) 2Mn2+(aq) + 10CO2 (g) + 8H2O(l)

Tabel titrasi :
Titrasi 1 2
V. akhir 4,40 ml 4,30 ml
V. awal 0,00 ml 0,00 ml
V. akal 4,40 ml 4,30 ml
TA MSM MSM
Ket :
MSM = Merah Sangat Muda
Perhitungan :
Diketahui : [KMnO4] = 0,0188 N
[H2C2O4] = 0,0121 N
AP = Angka Permanganat
1. AP = 1000 x ((VKMnO4Totalx[KMnO4])-(VH2C2O4x[H2C2O4]xBEKMnO4
100
= 1000 x ((14,40 ml x 0,0188 N)-(10 ml x 0,0121 Nx 31,6
100
= 15,46 ppm Zat Organik

2. AP = 1000 x ((VKMnO4Totalx[KMnO4])-(VH2C2O4x[H2C2O4]xBEKMnO4
100
= 1000 x ((14,30 ml x 0,0188 N)-(10 ml x 0,0121 Nx 31,6
100
= 15,09 ppm Zat Organik

Pembahasan :
 Penambahan 10 mL KMnO4 pertama berfungsi untuk mereaksikan sampel air (zat organiknya) dengan KMnO4 yang kemudian sisanya akan direaksikan dengan H2C2O4. Kemudian kelebihan H2C2O4 akan dititrasi dengan KMnO4 standar dan akhirnya dapat diketahui kadar zat organiknya.
 Penetapan zat organik sangat ditentukan dengan kadar klorida, karena jika kadar Cl- < 300 ppm maka penetapan kadar zat organik harus secara asam dan jika kadar Cl- > 300 ppm maka penetapan kadar zat organik harus secara basa, pada penetapan kali ini kami memakai cara asam, karena setelah dilakukan penetapan klorida didapatkan kadarnya sebesar 6,07 ppm (Cl- < 300).

g. Analisis Oksigen dalam air
• DO ( Dissolved Oxygen)
Reaksi :
MnSO4(aq) + 2KOH(aq) Mn(OH)2(s) + K2SO4(aq)
2Mn(OH)2(s) + O2(aq) 2MnO2(s) + 2H2O(l)
MnO2(s) + 2I-(aq) + 4H+(aq) Mn2+(aq) + I2(aq) + 2H2O(l)
I2(aq) + amylum(aq) I2amyl(aq)
I2amyl(aq) + 2Na2S2C3(aq) Na2S4O6(aq) + 2NaI(aq) +amylum(aq)

Tabel titrasi :
Titrasi 1 2
V. akhir 9,11 ml 9,19 ml
V. awal 0,00 ml 0,00 ml
V. akal 9,11 ml 9,19 ml
TA BTM BTM
Ket :
BTM = Biru Tepat Menghilang

Perhitungan :
Diketahui : [Na2S2O3] = 0,0188 N

ppm O2 = 1000 x V Na2S2O3 x [Na2S2O3] x BE O2
VBotol - 4

1. ppm O2 = 1000 x 9,11 ml x 0,0188 N x 8
= 4,88 mg O2/L
285 - 4
2. ppm O2 = 1000 x 9,19 ml x 0,0188 N x 8
285 - 4
= 4,92 mg O2/L

Pembahasan :
 Berat O2 diperoleh hasilnya 8 yaitu dari ( x Mr O2), sedangkan diperoleh dari reaksi O2 yang melibatkan 4e-, sesuai persamaan reaksi : O2 + 4H+ + 4e- 2H2O
 Volume Erlenmeyer berasah harus ditera terlebih dahulu, tujuannya untuk mengetahui dengan pasti volume sampel yang mampu ditampungnya, karena Vsampel akan diikutkan dalam perhitungan dan peneraanpun secara kuantitatif yaitu dengan cara mengurang berat labu iod berisi air dengan berat labu iod kosong yang kering.
 Diusahakan labu iod yang berisi air tidak terdapat gelembung karena akan mempengaruhi peneraan.
 Volume sampel dalam elemeyer dikurangi 4, angka 4 didapat dari 2 mL MnSO4 dan 2 mL alkali yodida azida.
 Penambahna pereaksi MnSO4 dan Alkali yodida azida harus dari dasar, agar pereaksi tersebut tidak keluar dan sampel sehingga airlah yang akan keluar dari erlenmeyer.
 Pereaksi Alkali yodida azida beracun sehingga pemipetannya harus menggunakan Filler.
 Pereaksi Alkali yodida azida berfungsi sebagai katalisator, karena zat organik sangat sukar bereaksi. Kalau MnSO4 berfungsi untuk mengikat oksigen menjadi Mn(OH)2 yang kemudian akan teroksidasi menjadi MnO2 berhidrat.

• COD (Chemical Oxygen Demand)
Reaksi :
CxHyOz (aq) + Cr2O7 2-(berlebih)(aq) Cr3+(aq) + CO2(g) + H2O(l)
Cr2O72-(aq) + 6Fe2+-(aq) + 14H+(aq) 6Fe3+(aq) + 2Cr3+(aq) +7H2O(l)
Fe2+(aq) + 3Ph(aq) [FePh3 ] 2+(aq)
Tabel titrasi :
Titrasi Blanko Sampel
V. akhir 29,00 ml 17,10 ml
V. awal 0,00 ml 0,00 ml
V. akal 29,00 ml 17,10 ml
TA MC MC
Ket :
MC = Merah Coklat
Perhitungan :
Diketahui : [FAS] = 0,1 N


Volume Sampel
COD = ( 29,00 ml – 17,10 ml ) x 0,1 N x 8000
50 ml
= 190,4 ppm
Pembahasan :
 Klorida (≥300 ppm) dapat mengganggu fungsi katalisator dari Ag2SO4, pada keadaan tertentu turut teroksidasi oleh dikromat maka dihilangkan dengan menambahkan HgSO4
 Nitrit teroksidasi oleh dikromat menjadi nitrat maka dihilangkan dengan penambahan asam sulfamat
 Sulfit, teroksidasi oleh dikromat menjadi sulfat maka dihilangkan dengan penambahan asam sulfamat


BAB V
PENUTUP

V.1. Kesimpulan
Parameter Satuan Standar Sampel
Parameter Fisika
• Warna
• Bau -
• Rasa -
• Kekeruhan NTU
• pH -
• Temperatur C
• Daya Hantar Listrik mS/cm
• Zat padatan
Parameter Kimia
• Asiditas
• Kesadahan
• Besi (Fe)
• Mangan (Mn)
• Ion Klorida
• Zat Organik
• Nitrat
• Nitrit
• COD
• DO


V.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

No comments:

Post a Comment